Transisi Ekonomi Hijau: Masa Depan Berkelanjutan Kita

by Jhon Lennon 54 views

Selamat datang, guys, di pembahasan yang super penting ini: Transisi Ekonomi Hijau! Topik ini bukan cuma sekadar buzzword di berita atau diskusi akademis, tapi ini adalah tentang arah masa depan kita, tentang bagaimana kita bisa membangun kehidupan yang lebih baik tanpa merusak rumah kita, Bumi. Kita semua tahu, tantangan lingkungan kian mendesak, mulai dari perubahan iklim, polusi, hingga berkurangnya sumber daya alam. Nah, di sinilah konsep ekonomi hijau hadir sebagai solusi yang menawarkan harapan. Ini adalah sebuah perjalanan transformasi besar-besaran, dari model ekonomi 'ambil-buat-buang' yang selama ini kita anut, menuju sistem yang lebih sirkular, efisien, dan ramah lingkungan. Di Indonesia sendiri, potensi dan urgensi untuk bergerak menuju transisi ekonomi hijau ini sangat besar, mengingat kekayaan alam kita yang melimpah sekaligus rentannya kita terhadap dampak perubahan iklim. Artikel ini akan mengajak kita menyelami lebih dalam apa itu transisi ekonomi hijau, mengapa ini penting banget buat kita semua, pilar-pilarnya di Indonesia, serta tentu saja, tantangan dan peluang emas yang ada di dalamnya. Mari kita pahami bersama bagaimana kita bisa ikut berkontribusi mewujudkan masa depan yang lebih cerah dan lestari!

Apa Itu Transisi Ekonomi Hijau dan Mengapa Penting?

Guys, sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita samakan dulu persepsi kita tentang apa itu sebenarnya transisi ekonomi hijau. Sederhananya, ini adalah sebuah pergeseran fundamental dalam cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan mendistribusikan barang dan jasa, dengan fokus utama pada pengurangan risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis, sambil tetap memastikan pembangunan yang inklusif dan kesejahteraan manusia. Ini bukan cuma tentang menanam pohon atau mengurangi sampah pribadi, lho, tapi ini adalah restrukturisasi sistemik yang melibatkan setiap aspek masyarakat kita – dari kebijakan pemerintah, inovasi teknologi, hingga perubahan perilaku kita sehari-hari sebagai konsumen. Bayangkan, guys, sebuah ekonomi di mana energi bersumber dari matahari atau angin, bukan lagi dari batubara; di mana limbah diolah dan didaur ulang menjadi sumber daya baru, bukan dibuang begitu saja; dan di mana pertanian kita tidak merusak tanah tapi justru menyuburkannya. Itulah esensi dari ekonomi hijau. Pentingnya transisi ekonomi hijau ini tidak bisa kita anggap remeh. Secara global, kita sedang menghadapi krisis iklim yang nyata, hilangnya keanekaragaman hayati, dan tekanan besar pada sumber daya alam. Dengan beralih ke model ekonomi hijau, kita bisa melindungi lingkungan, menciptakan jutaan lapangan kerja baru, meningkatkan ketahanan energi, dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Untuk Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan hutan tropis yang vital, transisi ini adalah sebuah keharusan. Kita sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem, yang bisa mengancam mata pencaharian jutaan penduduk kita. Dengan bergerak cepat menuju pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan ekonomi hijau, kita tidak hanya melindungi diri dari ancaman ini, tetapi juga membuka peluang inovasi dan pertumbuhan ekonomi yang belum pernah ada sebelumnya. Kita bisa menjadi pemimpin dalam energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan ekonomi sirkular di kawasan ini, sekaligus meningkatkan posisi kita di panggung global. Jadi, ini bukan lagi pilihan, tapi sebuah kebutuhan mendesak dan investasi masa depan kita.

Pilar Utama Transisi Ekonomi Hijau di Indonesia

Untuk mewujudkan transisi ekonomi hijau di Indonesia, kita perlu fokus pada beberapa pilar utama yang akan menjadi tulang punggung perubahan ini, guys. Pilar-pilar ini saling terkait dan membentuk ekosistem yang holistik untuk pembangunan berkelanjutan. Mengimplementasikan masing-masing pilar ini secara efektif memerlukan sinergi yang kuat dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil. Mari kita bedah satu per satu:

Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi

Salah satu fondasi paling krusial dari ekonomi hijau adalah pergeseran dari energi fosil ke energi terbarukan. Bayangkan, Indonesia punya potensi energi terbarukan yang melimpah ruah, mulai dari tenaga surya yang bisa dimanfaatkan di sepanjang khatulistiwa, tenaga air dari sungai-sungai besar kita, panas bumi (geothermal) dari cincin api Pasifik, hingga biomassa dan angin. Namun, potensi ini belum termanfaatkan secara maksimal. Transisi ke energi terbarukan berarti kita akan membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga surya, PLTA, PLTP, dan PLTB, serta mengembangkan teknologi penyimpanan energi yang lebih canggih. Selain itu, efisiensi energi juga tak kalah penting. Ini tentang bagaimana kita bisa menggunakan energi secara lebih bijak, misalnya dengan menggunakan peralatan elektronik yang hemat daya, menerapkan desain bangunan hijau yang memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara, atau bahkan kebiasaan sederhana seperti mematikan lampu saat tidak digunakan. Dengan berinvestasi besar-besaran di sektor ini, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon secara drastis, tetapi juga menciptakan kemandirian energi dan lapangan kerja baru di sektor hijau. Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor di sektor energi terbarukan, menghilangkan hambatan regulasi, dan mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung. Sementara itu, kita sebagai masyarakat juga bisa berperan aktif dengan beralih ke energi yang lebih bersih jika memungkinkan dan mempraktikkan gaya hidup yang hemat energi. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif berlipat ganda, baik untuk lingkungan maupun perekonomian kita.

Pertanian Berkelanjutan

Pilar kedua yang tak kalah vital dalam transisi ekonomi hijau adalah pertanian berkelanjutan. Indonesia adalah negara agraris dengan jutaan petani yang menggantungkan hidup pada sektor ini. Namun, praktik pertanian konvensional seringkali menggunakan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, yang tidak hanya merusak kesuburan tanah dan mencemari air, tetapi juga mengancam kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati. Pertanian berkelanjutan menawarkan solusi dengan mendorong praktik-praktik seperti pertanian organik, agroforestri, rotasi tanaman, dan penggunaan pupuk alami. Ini juga mencakup manajemen air yang lebih efisien dan perlindungan lahan gambut yang krusial untuk mencegah kebakaran hutan dan emisi karbon. Dengan mengadopsi metode pertanian yang ramah lingkungan, kita bisa memastikan ketahanan pangan jangka panjang, meningkatkan kualitas produk pertanian, dan melindungi ekosistem dari kerusakan. Ini juga berarti mendukung petani lokal dengan teknologi dan pelatihan yang tepat agar mereka bisa beralih ke praktik yang lebih hijau, sekaligus memberikan nilai tambah pada produk mereka. Selain itu, pertanian berkelanjutan juga berpotensi besar untuk menjadi sumber penghidupan yang adil bagi para petani, mengurangi kemiskinan di pedesaan, dan membangun komunitas yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim. Konsumen juga punya peran besar, guys, dengan memilih produk-produk pertanian yang dihasilkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Transisi ini tidak hanya tentang bagaimana kita menanam, tetapi juga tentang bagaimana kita menghargai dan melestarikan tanah yang memberi kita makan.

Pengelolaan Limbah dan Ekonomi Sirkular

Masalah sampah di Indonesia adalah tantangan serius yang perlu kita hadapi, guys. Volume limbah terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan konsumsi. Di sinilah pilar pengelolaan limbah dan ekonomi sirkular menjadi sangat penting dalam konteks ekonomi hijau. Kita tidak bisa lagi terus-menerus mengandalkan tempat pembuangan akhir (TPA) yang kian penuh dan mencemari lingkungan. Konsep ekonomi sirkular adalah game changer. Berbeda dengan model ekonomi linier 'ambil-buat-buang', ekonomi sirkular bertujuan untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan nilai sumber daya dengan mendesain ulang produk agar tahan lama, mudah diperbaiki, didaur ulang, atau digunakan kembali. Ini berarti kita harus berinvestasi dalam fasilitas daur ulang modern, mengembangkan teknologi pengolahan limbah yang inovatif, dan mendorong inovasi produk yang meminimalkan penggunaan bahan baku baru. Bayangkan, guys, limbah plastik bisa diubah menjadi bahan bakar, sisa makanan menjadi kompos, dan limbah elektronik bisa diurai untuk mendapatkan kembali mineral berharga. Peran kita sebagai konsumen juga sangat besar di sini: kurangi penggunaan barang sekali pakai, pilah sampah dari rumah, dan dukung produk yang ramah lingkungan serta bisa didaur ulang. Pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih ketat mengenai pengelolaan limbah, memberikan insentif bagi industri daur ulang, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, kita tidak hanya mengurangi polusi dan beban TPA, tetapi juga menciptakan industri baru, lapangan kerja, dan sumber daya alternatif yang berharga. Ini adalah langkah krusial menuju masyarakat yang lebih bersih, sehat, dan efisien dalam penggunaan sumber daya.

Transportasi Hijau

Pilar selanjutnya yang juga esensial bagi transisi ekonomi hijau adalah transportasi hijau. Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di perkotaan, guys, terutama dari kendaraan bermotor pribadi. Untuk mengatasi ini, kita perlu beralih ke sistem transportasi yang lebih berkelanjutan. Ini termasuk pengembangan infrastruktur transportasi publik yang modern, nyaman, dan terintegrasi, seperti MRT, LRT, dan bus listrik, yang bisa mengurangi ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi. Selain itu, promosi penggunaan kendaraan listrik (EV) menjadi sangat penting, mulai dari mobil listrik, motor listrik, hingga sepeda listrik. Pemerintah perlu mendukung transisi ini dengan menyediakan stasiun pengisian daya yang memadai, insentif pajak untuk pembelian EV, dan regulasi yang mendukung pengembangan industri EV di dalam negeri. Tidak hanya itu, mendorong penggunaan sepeda dan membuat jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman juga merupakan bagian integral dari transportasi hijau, yang tidak hanya mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan berinvestasi pada transportasi hijau, kita bisa mengurangi polusi udara, menghemat bahan bakar fosil, mengurangi kemacetan, dan menciptakan kota-kota yang lebih layak huni. Ini adalah langkah maju yang signifikan menuju kota-kota cerdas dan berkelanjutan yang menjadi impian kita semua.

Kehutanan dan Pengelolaan Lahan Berkelanjutan

Sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, kehutanan dan pengelolaan lahan berkelanjutan adalah pilar yang sangat fundamental bagi Indonesia dalam perjalanan transisi ekonomi hijau ini, guys. Hutan kita adalah paru-paru dunia, penyerap karbon alami yang vital, dan rumah bagi keanekaragaman hayati yang tak ternilai. Sayangnya, deforestasi dan degradasi lahan masih menjadi masalah serius akibat ekspansi pertanian, pertambangan, dan ilegal logging. Pilar ini menekankan pada perlindungan hutan yang tersisa, rehabilitasi lahan gambut, reboisasi di area yang terdegradasi, dan penerapan praktik kehutanan lestari. Ini juga berarti menghentikan konversi hutan menjadi lahan non-hutan secara masif dan ilegal. Selain itu, pengelolaan lahan berkelanjutan juga mencakup perencanaan tata ruang yang cermat, memastikan bahwa penggunaan lahan dilakukan secara optimal tanpa merusak fungsi ekologisnya. Dengan menjaga dan memulihkan ekosistem hutan serta lahan, kita tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan, tetapi juga melindungi sumber air, mencegah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, serta melestarikan keanekaragaman hayati yang merupakan warisan tak ternilai. Program-program seperti restorasi ekosistem, perhutanan sosial, dan pencegahan kebakaran hutan gambut adalah contoh konkret dari upaya di pilar ini. Ini adalah tentang memastikan bahwa kekayaan alam kita tidak hanya dinikmati hari ini, tetapi juga bisa diwariskan dalam kondisi prima kepada generasi mendatang. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga paru-paru dunia kita agar tetap sehat dan berfungsi maksimal.

Tantangan dan Peluang di Balik Transisi Ekonomi Hijau

Setiap perubahan besar pasti disertai dengan tantangan dan peluang, guys, dan transisi ekonomi hijau bukanlah pengecualian. Meskipun visi masa depan yang hijau ini sangat menarik, ada beberapa ganjalan yang perlu kita atasi bersama. Namun, di balik setiap tantangan, selalu ada peluang emas yang menunggu untuk kita raih. Mari kita kupas tuntas!

Tantangan

Salah satu tantangan terbesar adalah pembiayaan. Mengembangkan infrastruktur energi terbarukan, mengadopsi teknologi hijau di industri, atau beralih ke pertanian berkelanjutan memerlukan investasi awal yang tidak sedikit. Mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek hijau seringkali terkendala oleh persepsi risiko yang tinggi atau kurangnya insentif yang memadai. Selain itu, teknologi juga menjadi hambatan. Meskipun banyak teknologi hijau sudah tersedia, adopsi dan skalanya di Indonesia masih terbatas, terutama di daerah terpencil. Kita membutuhkan transfer teknologi yang lebih cepat dan pengembangan inovasi lokal yang relevan. Kemudian, regulasi dan kebijakan juga bisa menjadi tantangan. Terkadang, kebijakan yang ada belum sepenuhnya mendukung transisi ekonomi hijau, atau implementasinya masih belum optimal. Koordinasi antarlembaga pemerintah juga perlu ditingkatkan agar tidak ada tumpang tindih atau kebijakan yang saling bertentangan. Jangan lupa, guys, kesadaran dan kapasitas sumber daya manusia juga menjadi krusial. Banyak masyarakat yang mungkin belum sepenuhnya memahami pentingnya ekonomi hijau, atau belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan hijau di masa depan. Perlu ada upaya edukasi dan pelatihan besar-besaran untuk mempersiapkan tenaga kerja kita menghadapi perubahan ini. Terakhir, ada juga resistensi dari industri lama yang mungkin merasa terancam dengan perubahan ini, sehingga bisa menghambat laju transisi. Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan komitmen politik yang kuat, kolaborasi multi-pihak, dan strategi yang terencana dengan baik.

Peluang

Di sisi lain, transisi ekonomi hijau ini juga membuka segudang peluang yang luar biasa bagi Indonesia, guys. Yang paling jelas adalah penciptaan lapangan kerja baru. Sektor energi terbarukan, daur ulang, pertanian organik, hingga konstruksi hijau akan membutuhkan jutaan tenaga kerja terampil. Ini adalah peluang emas untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian, ada potensi pertumbuhan industri baru yang inovatif. Indonesia bisa menjadi pemain kunci dalam pengembangan dan produksi teknologi hijau, seperti panel surya, baterai kendaraan listrik, atau peralatan pengolahan limbah. Ini akan mendorong diversifikasi ekonomi dan meningkatkan daya saing kita di pasar global. Ekonomi hijau juga menawarkan ketahanan energi yang lebih besar. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya fluktuatif, kita bisa mencapai stabilitas energi dan mengurangi defisit perdagangan. Selain itu, peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat adalah manfaat yang tak ternilai. Udara bersih, air jernih, dan lingkungan yang sehat akan mengurangi angka penyakit dan meningkatkan produktivitas. Dari sisi pariwisata, pariwisata berkelanjutan bisa menjadi daya tarik baru yang menarik wisatawan yang peduli lingkungan, sehingga mendatangkan devisa. Terakhir, dengan memimpin dalam transisi ekonomi hijau, Indonesia akan memperkuat posisi geopolitiknya dan menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan bisa berjalan beriringan. Jadi, meskipun tantangannya besar, peluangnya jauh lebih besar dan menjanjikan masa depan yang lebih cerah bagi kita semua.

Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam Mendorong Ekonomi Hijau

Transisi ekonomi hijau bukanlah tugas satu pihak saja, guys. Ini adalah sebuah gerakan kolektif yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat memiliki peran yang unik dan saling melengkapi untuk mendorong perubahan menuju ekonomi hijau di Indonesia. Tanpa kolaborasi dan sinergi yang kuat, mimpi masa depan berkelanjutan ini akan sulit terwujud.

Peran Pemerintah

Pemerintah memegang peranan sentral sebagai regulator, fasilitator, dan investor utama. Yang pertama dan paling penting adalah pembuatan kebijakan dan regulasi yang mendukung ekonomi hijau. Ini termasuk insentif fiskal untuk investasi hijau, subsidi untuk energi terbarukan, standar emisi yang ketat, dan pelarangan praktik-praktik yang merusak lingkungan. Misalnya, kebijakan terkait Pajak Karbon atau implementasi Kebijakan Energi Nasional yang lebih ambisius. Pemerintah juga harus menjadi penyedia infrastruktur yang mendukung transisi ini, seperti jaringan listrik pintar, stasiun pengisian kendaraan listrik, atau fasilitas pengolahan limbah modern. Selain itu, peran pemerintah sebagai investor juga sangat krusial, terutama dalam proyek-proyek percontohan atau penelitian dan pengembangan teknologi hijau. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya ekonomi hijau dan mempersiapkan sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pendidikan. Tak kalah penting, penguatan penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan juga menjadi tugas pemerintah agar semua pihak patuh pada aturan main yang ada. Dengan kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, pemerintah dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi hijau.

Peran Sektor Swasta

Sektor swasta adalah mesin penggerak inovasi dan investasi dalam transisi ekonomi hijau, guys. Mereka memiliki kapasitas untuk mengembangkan teknologi baru, menciptakan produk dan layanan hijau, serta mengintegrasikan praktik berkelanjutan ke dalam operasi bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan diharapkan tidak hanya memikirkan keuntungan semata, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka (prinsip Triple Bottom Line). Ini berarti berinvestasi pada energi terbarukan, mengadopsi proses produksi yang lebih bersih, mengurangi limbah, dan mengembangkan produk yang didesain untuk daur ulang. Banyak perusahaan besar di Indonesia yang sudah mulai menunjukkan komitmen ini, namun perlu lebih banyak lagi yang terinspirasi. Selain itu, sektor keuangan juga memiliki peran besar dengan menyediakan pembiayaan hijau melalui obligasi hijau, pinjaman berkelanjutan, atau investasi pada startup teknologi hijau. Konsumen juga akan semakin menuntut produk dan layanan yang bertanggung jawab secara lingkungan, sehingga ini juga menjadi peluang bagi perusahaan untuk membangun branding yang kuat sebagai entitas yang peduli lingkungan dan berkelanjutan. Dengan kreativitas dan keberanian untuk berinovasi, sektor swasta bisa menjadi agen perubahan yang dahsyat dalam mewujudkan ekonomi hijau.

Peran Masyarakat

Dan tentu saja, kita semua, masyarakat, punya peran yang sangat penting, guys! Tanpa partisipasi aktif dari individu dan komunitas, transisi ekonomi hijau ini tidak akan berhasil secara optimal. Peran kita dimulai dari perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. Kita bisa mulai dengan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak perlu, memilih produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, memilah sampah dari rumah, menghemat energi dan air, serta menggunakan transportasi publik atau sepeda. Suara kita juga penting, lho, dengan mendukung kebijakan pemerintah yang berpihak pada lingkungan dan menuntut praktik bisnis yang bertanggung jawab dari perusahaan. Selain itu, partisipasi dalam komunitas lokal untuk kegiatan seperti penanaman pohon, bersih-bersih lingkungan, atau kampanye kesadaran lingkungan juga sangat berarti. Organisasi non-pemerintah (LSM) dan komunitas lokal bisa menjadi ujung tombak dalam mengedukasi masyarakat, melakukan advokasi, dan mengimplementasikan proyek-proyek hijau di tingkat akar rumput. Dengan semakin banyaknya individu yang sadar lingkungan dan bertindak nyata, tekanan untuk perubahan sistemik akan semakin besar. Setiap tindakan kecil kita, ketika digabungkan, akan menciptakan gelombang perubahan yang masif menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk Indonesia. Jadi, jangan pernah merasa bahwa tindakan kita tidak berarti, karena setiap langkah kecil itu sangat berarti!

Dampak Positif Transisi Ekonomi Hijau bagi Masa Depan Indonesia

Setelah kita membahas pilar-pilar dan peran berbagai pihak, mari kita bayangkan bersama masa depan yang lebih cerah yang akan terwujud berkat transisi ekonomi hijau ini, guys. Dampak positif dari pergeseran ini akan terasa di berbagai sektor kehidupan, tidak hanya di aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Ini adalah sebuah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat berlipat ganda dan mewariskan kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang di Indonesia. Dengan komitmen kuat, kita bisa menciptakan sebuah negara yang tangguh, inovatif, dan harmonis dengan alam.

Secara lingkungan, dampak positifnya jelas sekali. Kita akan melihat udara yang lebih bersih karena berkurangnya emisi dari pembangkit listrik tenaga fosil dan kendaraan bermotor. Sumber air akan lebih jernih karena pengelolaan limbah yang lebih baik dan praktik pertanian yang tidak mencemari. Keanekaragaman hayati kita yang kaya akan terlindungi dan pulih berkat upaya konservasi hutan dan pengelolaan lahan berkelanjutan. Kita juga akan lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan, karena ekosistem yang sehat memiliki kemampuan alami untuk beradaptasi dan melindungi. Semua ini akan mengarah pada ekosistem yang lebih seimbang dan lingkungan hidup yang jauh lebih sehat bagi kita semua.

Dari sisi ekonomi, transisi ekonomi hijau akan memicu pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Industri-industri baru akan bermunculan, seperti manufaktur panel surya, turbin angin, atau baterai kendaraan listrik, yang akan menciptakan ribuan bahkan jutaan lapangan kerja baru yang disebut